Cara taubatnya santri yang sering melanggar di pondok pesantren

Deskripsi Masalah :

Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan mandiri yang tidak terikat dengan sistem pemerintahan, sehingga setiap dari pengelolaan pesantren baik dari lahan, dana dan tenaga banyak mendapatkan sumbangsih dari berbagai pihak, baik yang sifatnya personal maupun komonitas. Seperti yang sudah kita ketahui pesantren mempunyai gaya dan sistem tersendiri dalam mengatur program-progmanya yang hal itu wajib dipatuhi oleh setiap santri, namun yang namanya manusia tidaklah luput dari salah dan dosa seperti kang Kimin (nama samaran) misalnya dia sering bolos dan tidak mengindahkan aturan-aturan pesantren. Naasnya kang Kimin ketika dia hendak boyong dari pesantren dan minta pengestu serta mohon ampun dari setiap apa yang dilakukannya selama dipondok, beliau (pak yai) bilang “Kalau saya pribadi memaafkan dan iya iya saja, namun bagaimana dengan para relawan yang juga ikut menyumbangkan pada pesantren ini dan bagaimana dengan tempat ini apakah mereka ridho?” Dauh itu membuat kang Kimin pusing tujuh keliling dan tidak tahu apa dan bagaimana solusinya.

Pertanyaan :
1.  Tetap dosakah kang Kimin ?
2.  Kalau memang demikian (tetap dosa) harus melalui jalur bagaimana untuk meminta ampun pada relawan yang tidak bisa dihitung jumlahnya bahkan tidak diketahui keberadaannya ?
3.  Dan minta ampun kepada siapa menyikapi dauh pak yai yang berbunyi “apakah tempat ini juga meridloi” ?

Jawaban :
1.  Santri tersebut tidak berdosa/salah pada para penyumbang, karena ghorod (tujuan) penyumbang adalah membangun pondok untuk para santri. Dan setiap santri berhak untuk intifa’ (memanfaatkan) bangunan tersebut. Adapaun santri yang melanggar peraturan pondok, maka ia wajib meminta maaf pada orang yang membuat peraturan yaitu kyai/pengasuhnya.
2.  Cukup memohon maaf kepada kyai/pengasuhnya saja.
3.  Gugur

Keterangan :
►  Hak-hak Adami ada lima macam :
1.  Mal (harta)
Jika hak mal, seperti mencuri, maka cara bertaubatnya mengembalikan mal tersebut, dan meminta kehalalannya. Apabila pemiliknya tidak ridlo di Dunya, maka akan meridloinya di Akhirat.
2.  Badan
Jika hak badan, seperti pembunuhan, maka cara bertaubatnya menyerahkan diri pada orang yang berhak.
3.  Harga diri
Jika hak harga diri, seperti ghibah, berbuat bohong, menghina, berkata kasar, maka cara bertaubatnya minta maaf pada si korban.
4.  Mahram
Jika hak mahram, seperti khiyanat pada keluarga orang lain atau pada anaknya orang lain, maka cara bertaubatnya meminta maaf, namun jika khawatir ada fitnah, maka menangis dan berdoa.
5.  Agama
Jika hak agama, seperti mengkafirkan, maka cara bertaubatnya meminta maaf dan tidak membenarkan pernyataan dirinya.

Referensi :